Aku dan Sahabat Disabilitasku

habibi-n-ibu

Habibie Afsyah dan Bunda beserta Pepeng doc. Google

Tuhan tidak pernah menciptakanan produk gagal. Manusia yang kadang kurang memahami hakekat dibalik penciptaanNya.

Dilahirkan dengan kekurangan fisik tentu bukan pilihanku. Tapi mengapa aku digolongkan dalam manusia strata ke dua? Jika tidak dianggap demikian, mengapa mereka menempatkan aku dipojok-pojok ruangan seperti seorang pesakitan? Mengapa aku selalu disisihkan. Bahkan kadang dianggap menjijikkan! Mengapa?

***

Sebuah tanya dari sahabat-sahabat kita yang ditakdirkan Tuhan tidak sempurna. Entah ketidak sempurnaan penglihatan, pendengaran, pengucapan ataupun keterbelakangan mental.

Teringat sebuah cerita tentang seorang anak laki-laki yang terlahir cacat hingga tidak bisa  berjalan sempurna. Suatu ketika tatkala ingin bergabung bermain bersama teman-temannya, ia menjadi bahan lelucon teman-temannya. Betapa hancur hati si anak. Ia pulang membawa perih yang tak terkira.

Demi mendengar tangisan pilu si anak, sambil mendekap erat sang buah hati, bunda pun bertanya, “Apa yang membuatmu menangis seperti ini nak?”

Dan si anakpun menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Kemudian bunda berkata,”Bukankah hanya kakimu yang cacat nak? Tidak dengan otakmu khan? Sayang, kamu masih bisa bermimpi setinggi langit. Masih bisa menggapai bintang-bintang disana. Tunjukkan pada semua yang telah menertawakanmu, kamu mampu berbuat lebih baik dan lebih banyak daripada mereka,” ujar sang bunda.

Dan pada akhir dari cerita ini, si anak mampu meraih gelar S1, S2 dan S3 di negara yang berbeda.

Ya, mungkin mindset kita yang perlu dirubah. Kita sering terlalu merasa iba hingga memandulkan potensi yang mereka miliki. Tidak memberi kesempatan pada mereka untuk berkarya menunjukkan betapa mereka bukan produk gagal.

Banyak dari penyandang cacat atau disabilitas yang dapat berprestasi dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Habibie Afsyah misalnya. Seorang remaja yang lahir dua puluh empat  tahun yang lalu itu menderita penyakit langka, Muscular Dystrophy tipe Becker yang merusak syaraf motorik di otak kecilnya sehingga  pertumbuhannya terhambat, dan akhirnya di usia 8 bulan Habibie Hafsyah mengalami kelumpuhan hingga kini.

Keterbatasan fisik tidak menghalangi Habibie Hafsyah  untuk berprestasi. Berbekal otak cemerlang yang dimilikinya, Habibie Afsyah menggeluti bisnis Internet Marketing yang ia pelajari dari Fabian Liem di Singapura. Ketekunan, keuletan dan dorongan semangat dari sang bunda menjadi modal utama Habibie Afsyah meraih kesuksesan seperti saat ini.

Dari nol habibie memulai semuanya. Dari ketidaktahuanannya tentang Internet Marketing, hingga kini penghasilannya telah mencapai puluhan ribu dollar.

Ayo, dukung dan beri kesempatan pada sahabat disabilitas untuk berkarya. Bantu mereka untuk mandiri!

A13F1565CD481AA8AB2D3E0EA0589ED5