Min Haitsu La Yahtasib

Judul diatas merupakan penggalan dari Qur’an surat At Talaq ayat 3 yang berbunyi,”dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya……..”

Kemarin ustadz Sayyid atau ustadz yang dikenal dengan sebutan Satria Baja Islam bercerita tentang seorang koleganya *kolega sesama ustadz maksudnya* yaitu ustadz Hamid.

doc. google

doc. google

Suatu ketika dalam sebuah perjalanan mengisi pengajian bersama, ustadz Hamid tampak murung.

Dan bertanyalah ustad Sayyid kepada koleganya tersebut,”Maaf tadz, kok njenengan terlihat murung? Ada apa gerangan? Mungkin ada yang bisa saya bantu.”

Saya harus membayar SPP anak saya yang sudah menunggak beberapa bulan. Jika tidak, terpaksa anak saya tidak bisa ikut ujian. Setelah acara ini saya mau ke Solo untuk mencari pinjaman,” jawab ustadz Hanid masih dengan wajah murung.

Lha, kok ndak pinjam disekitar sini saja yang dekat*disekitar rumah alias tetangga*. Kenapa mesti jauh-jauh pinjam ke Solo?” tanya Ustadz Sayyid

Saya takut kalau pinjam disekitar sini ketika waktunya bayar saya belum ada rejeki untuk membayar, saat khutbah jum’at ndak ada yang mau dengerin ceramah saya*gubrak, ustadz juga manusia 😆 *,” jawab Ustadz Hamid

Oh…,” jawab Ustadz Sayyid.

Berhubung ustadz Sayyid tidak bisa membantu *sama-sama bokek* akhirnya pembicaraan berhenti sampai disitu.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba ustadz Hamid berucap dengan lirih,”Allahumma Sholli’ala Muhammad wa ‘alaa ali Muhammad, ya Allah hamba minta uang 5 milyar.” Dan itu beliau ucapkan 2 kali.

Singkat cerita, beberapa waktu kemudian saat Ustadz Hamid bertemu kembali dengan Ustadz Sayyid, ia bercerita bahwa ia telah didatangi seseorang yang mengaku bernama Abdullah.

Orang yang bernama Abdullah tadi memberinya uang 2,5 juta rupiah. Uang 2 juta dipergunakan untuk membayar kekurangan biaya sekolah anaknya kemudian sisanya sebesarRp 500.000 dipergunakan untuk membuka rekening di Bank karena Abdullah akan mentransfer uang untuknya.

Tak berapa lama si Abdullah menelponnya dan mengabarinya jika ia telah mentransfer uang ke rekeningnya.

Betapa terkejutnya ustadz Hamid tatkala mengetahui rekening di Bank tertera angka Rp 5.000.0500.000. Ia pun lantas pulang, shalat dan menangis minta ampun pada Allah. Didalam sela-sela doanya ia berucap,” Ya Allah jika uang ini tidak baik untukku maka jauhkanlah ia dariku.”

Setelah ustadz Sayyid selesai bercerita, saya pun bertanya,” Apakah sesimpel itu tadz? Maksud saya apakah hanya mengucapkan Allahumma Sholli’ala Muhammad wa ‘alaa ali Muhammad plus apa yang menjadi keinginan kita kemudian Allah langsung mengabulkannya?

“Itulah kelebihan Sholawat. Sebetulnya ya tidak sesimpel itu sich. Ustadz Hamid sudah 10 tahun ini melakukan puasa Daud tanpa putus,” jawab Ustadz Sayyid.

***

Ini benar-benar kisah nyata yang dialami Ustadz Hamid.

Terus terang ini menambah pengetahuan saya tentang ayat diatas. Persepsi saya sebelumnya mengenai Min Haitsu La Yahtasib ialah kita mendapatkan jalan ataupun pemberian dari jalan yang tidak disangka-sangka ini saya pikir ya sebuah pemberian Allah lewat manusia. Bukan malaikat seperti yang terjadi pada ustadz Hamid.

Walaupun sebenarnya hal seperti itu dalam sebuah siroh shahabat pernah terjadi. Disana diceritakan jika malaikat Jibril dan malaikat Mikail membo-membo *menyerupai sesuatu* menjadi manusia.

Kala itu diceritakan suatu kali Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA pulang ke rumahnya dan mendapti istrinya, Fatimah Az-Zahra sedang memintal benang. Saiyyidina Ali bertanya kepada istrinya,”Ada makanan apa dirumah wahai istriku?”

Aku tak punya makanan apa-apa saat ini kecuali uang 6 dirham dari Salman Al-Farisi sebagai upah memintal benang,” jawab Fatimah. “Uang ini rencananya akan aku belikan roti untuk Hasan dan Husain,” lanjutnya.

Berikan uang itu padaku, biar aku belikan sepotong roti untuk mereka,” sambung Ali.

Ditengah jalan Ali bertemu dengan seorang pengemis yang sudah berhari-hari tidak makan. Melihat ada orang lain yang lebih membutuhkan, roti yang ia beli ia berikan pada si pengemis.

Sampai di rumah Fatimah bertanya kepada Ali perihal roti yang dipesannya. Ali pun bercerita kepada istrinya bahwa roti telah ia berikan pada pengemis yang lebih membutuhkan.

Mendengar penuturan Ali, Fatimah menyuruh Ali untuk menemui ayahandanya, baginda Rasulullah SAW barangkali masih ada sekerat roti untuk dimakan Hasan dan Husain.

Baru beberapa langkah meninggalkan rumah, Ali bertemu dengan seorang arab Badui yang ingin menjual untanya. Orang arab Badui tadi berkata kepada Ali,” Wahai ayah Hasan dan Husain, maukah engkau membeli unta ini?”

Aku sedang tidak punya uang,” jawab Ali. “Berapa akan kau jual unta ini?” lanjut Ali.

Aku jual 100 dirham,” kata orang badui tersebut. “Engkau boleh membayarnya jika unta ini laku,” lanjutnya.

Baiklah, jika begitu aku akan bawa unta ini ke pasar.”

Tak berapa lama, Ali bertemu dengan seseorang yang akan membeli unta yang ia bawa.

Apakah engkau akan menjual unta ini? Berapa akan kau jual unta ini?” tanyanya.

Aku jual 300 dirham.”

Baiklah, aku beli unta ini 300 dirham.”

Setelah Ali mendapatkan uang hasil penjualan unta tersebut, ia pun bergegas pergi menemui si penjual unta. Dicarinya penjual unta ditempat dimana ia tadi bertemu dengannya tetapi ternyata si penjual sudah tidak ada.

Ali pun bergegas pergi menemui Rasulullah SAW. Dari penjelasan Rasulullah, didapatkan keterangan bahwa ternyata si penjual unta adalah malaikat Jibril. Sementara si pembelinya adalah malaikat Mikail.

SubhanaAllah.

Ndak mungkin, itu pikir saya waktu mendengar cerita dari ustadz Sayyid. Kalo dulu sich iya. Dulu dimasa Rasulullah SAW masih ada. Wajar donk jika terjadi sesuatu yang diluar kawajaran.

Ops, ini yang saya lupa. Sejak dulu, sekarang dan esok sampai kiamat nanti malaikat tetap ada. Jadi sangat mungkin jika saat inipun malaikat membo-membo menjadi manusia menemui kita. Sebuah pelajaran berharga buat saya dan mudah-mudahan demikian pula buat teman-teman blogger 😀

A13F1565CD481AA8AB2D3E0EA0589ED5

.

.

Note: Jika teman-teman blogger penasaran bisa bertanya dengan ustadz Sayyid. Nopenya bisa minta saya via email:Ikakoentjoro@gmail.com